Senin, 17 Januari 2011

Wanita Butuh Lebih Banyak Sentuhan

Bagi bayi dan anak-anak, kontak fisik dapat berarti hidup atau mati. Seorang dokter di New York, AS, mendapatkan fakta itu secara tidak sengaja. Ketika itu tahun ’40-an, ia heran melihat tingginya angka kematian bayi prematur di sebuah rumah sakit. Sambil mencari penyebabnya, ia memerintahkan agar setiap bayi di situ digendong beberapa kali sehari. Ternyata tingkat kematian bayi-bayi prematur itu menukik tajam hampir ke angka nol.
Dalam suatu penelitian di Universitas Purdue, seorang petugas perpustakaan diminta menyentuh tangan sejumlah mahasiswa yang meminjam dan mengembalikan buku.
Rupanya sentuhan yang biasa sajapun dapat mencerahkan hati. Mahasiswa-mahasiswa itu mengatakan, suasana perpustakaan menyenangkan dan petugasnya ramah. Padahal petugas tidak mengobral senyum atau bersikap ekstra ramah.
Wanita memiliki kebutuhan lebih besar untuk disentuh dibandingkan pria, sebab mereka punya lebih banyak ujung syaraf di setiap inci kulitnya. Perbedaan kebutuhan sentuhan pada pria dan wanita itu dapat juga diteliti dari sikap masyarakat umumnya. Seperti sudah menjadi hal yang umum terlihat, wanita sudah diperkenalkan pada bahasa cinta – yang mengekspresikan perasaannya melalui fisik – sejak mereka masih kecil. Biasanya, sebelum ayah ke kantor, anak perempuan diminta mencium pipi dan memeluknya. Ketika jalan-jalan, anak perempuan otomatis menggandeng ayahnya. Saat beranjak remaja, perempuan lebih leluasa memeluk, memegang tangan atau mencium pipi kawannya sesama wanita.
Di masa pacaran, sentuhan adalah sinyal bahwa dua orang yang bergandengan tangan merupakan sepasang kekasih. Bagi pasangan baru, sentuhan sangatlah berarti. Pada hubungan yang sudah berlangsung lama, hal yang sama bisa berlaku juga. Cinta pasangan sering diukur melalui sentuhannya. Masih adakah cinta itu atau sudah lenyap.
Sita (29 tahun) bercerita, “Saya dan Bambang pergi ke suatu pesta yang dihadiri teman-teman Bambang. Saya diperkenalkan kepada mereka sambil ia melingkarkan tangannya di pinggang saya. Wah, saya merasa istimewa sekali.”
Petunjuk pertama yang ditangkap Sita bahwa Bambang menyukainya adalah melalui sentuhannya. Begitu juga sebaliknya ketika hubungan mereka merenggang. Sita cepat mengetahui hal itu lewat sentuhannya juga. “Ketika kami sedang berjalan pulang,” kenang Sita, “saya memegang tangannya, ia menepis. Itu terjadi beberapa kali pada kesempatan yang berbeda. Jadi, ketika ia memutuskan hubungan kami, saya tidak terkejut”.
Masa Kecil
Sentuhan adalah sama pentingnya dengan makanan. Tanpa sentuhan, manusia bisa terkena skin hunger. Ia jadi pemurung, gelisah dan pada tingkat tertentu mengalami depresi, insomnia (susah tidur) dan penyakit fisik. Sentuhan dalam dosis yang cukup setiap harinya sama artinya dengan tubuh mengonsumsi makanan bergizi dan berolahraga secara teratur.
Hal itu dikatakan oleh Direktur Touch Research Institute di Miami, Amerika Serikat (AS),  Tiffany Field.
Untuk memuaskan skin hunger setiap orang dapat melakukan untuk dirinya sendiri dengan memijat. Suasana hati dan kesehatan tubuh akan terasa lebih baik. Tindakan ini efektif, khususnya untuk Anda yang sedang merasa kecewa atau kesepian.
Upaya lain yang dianjurkan Field adalah memanjakan diri di salon atau berendam di air beraroma (spa). Cara itu membantu kulit merasakan sentuhan lembut yang dapat menguatkan hati.
Alternatif lain adalah dengan menjaga anak-anak (bisa keponakan, anak sendiri atau anak tetangga). Memeluk dan menggendong anak akan menyenangkan hati Anda dan membantu anak itu tumbuh normal. Keajaiban sentuhan selalu berarti secara timbal-balik.
Kadangkala frekuensi dan intensitas hubungan intim menurun. Pasangan jadi jarang berhubungan seks. Keadaan itu bisa diisi dengan saling menyentuh, umpamanya dengan membelai rambut atau mengelus pipi.
Pada usia enam tahun perkawinan Dina dan Toto, kesibukan karier mereka meningkat. Keduanya harus pergi-pulang ke rumah di pinggiran kota setiap malam, maka mereka merasa terkuras waktu dan energinya untuk bercinta.
“Paling-paling kami hanya saling bersandar atau membelai. Saya rasa itu cara yang baik untuk selalu merasa dekat,” kata Dina.
Tapi tak semua orang dapat dengan mudah menunjukkan perasaannya secara spontan. Hal itu berkaitan erat dengan pola kehidupan keluarganya. Orang yang dibesarkan dalam keluarga yang keras atau kaku sifatnya, tak mudah melakukan hal itu. Pasangan orang-orang jenis itu harus lebih banyak memulai menyentuh dan memeluknya agar kelak mereka dapat berlaku normal secara bertahap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar