Mengapa Seseorang Bercerai?
Berikut ini beberapa problem yang sering dijadikan alasan seseorang bercerai. Lima alasan yang sering dijadikan
alasan bercerai yaitu:
Alasan 1: Saya merasa jauh dengan pasangan saya
- Penyebab: Pekerjaan mungkin mengharuskan Anda dan psangan menghabiskan waktu yang cukup lama secara terpisah. Waktu yang dihabiskan untuk berkumpul dengan teman, melakukan hobi juga menjadikan semakin sedikit waktu yang dihabiskan dengan pasangan hidup.
- Solusi: Coba periksa kembali jadwal Anda. Prioritaskan waktu untuk dihabiskan bersama pasangan.
Pekerjaan mungkin tidak dapat dielakkan, tetapi waktu-waktu yang Anda habiskan untuk sekadar jalan dengan teman atau melakukan hobi dapat dikurangi. Atau, ajaklah pasangan Anda melakukan hal tersebut bersama-sama. Secara teratur, sisihkan waktu untuk berbicara dan menceritakan perasaan masing-masing, misalnya setengah jam sebelum tidur. Kebersamaan pada sepasang suami istri menjadi sesuatu yang penting untuk kelangsungan pernikahan.
Alasan 2: Saya tidak mendapatkan apa yang saya inginkan dan butuhkan dari pernikahan
- Penyebab: Sebagai manusia yang tidak sempurna, memang kita terbiasa memikirkan apa yang dapat diperoleh. Akibatnya, kecenderungan manusia adalah melihat sisi negatif dari pasangan.
- Solusi: Janganlah berpikir untuk memperoleh sesuatu dari pernikahan Anda. Sebaliknya, kembangkan semangat memberi pada pasangan tanpa mengharapkan imbalan.
Alasan 3: Kami sudah tidak cocok, tidak ada rasa cinta dan respek antara saya dan dia
- Penyebab: Kesibukan, seringnya pertengkaran atau pikiran negatif kepada pasangan dapat menghancurkan rumah tangga.
- Solusi: Untuk menumbuhkan kembali rasa cinta dibutuhkan upaya dari kedua belah pihak. Berlibur berdua dapat menjadi pilihan. Tetapi, yang lebih utama adalah berusaha agar menjalankan kewajiban sendiri. Misalnya, sebagai istri, berupayalah menjadi istri yang baik dengan menunjukkan espek kepada suami. Ini akan membuat suami dihargai dan akan menyayangi Anda. Begitu pula dengan suami yang tidak bertindak diktator dalam memimpin rumah tangganya dan jadikan istri sebagai partner bukan sebagai pesuruh.
Alasan 4: Saya tidak tahan dengan kebiasaan buruknya, dia sangat berbeda dengan saat masih berpacaran yang tampak sempurna
- Penyebab: Pasangan Anda mungkin memiliki kebiasaan yang tidak Anda sukai. Walau Anda sudah memintanya untuk berubah, tetapi kebiasaan ini selalu diulangi lagi. Kebiasaan terlambat, berantakan atau boros sering menjadi hal yang mengganggu.
- Solusi: Hindari untuk berfokus pada kebiasaan padangan yang menjengkelkan. Hal tersebut hanya akan membuat Anda dan pasangan semakin jauh. Cobalah ingat-ingat kembali, apa yang membuat Anda jatuh cinta pada pasangan. Berfokuslah pada hal-hal baik tersebut yang akan membuat Anda semakin mencintai pasangan.
Alasan 5: Suami saya tidak dapat memimpin keluarga dan selalu membuat keputusan yang salah
- Penyebab: Karena suatu keputusan yang dibuat pasangan tidak menghasilkan hasil yang baik, membuat Anda tidak lagi mempercayai pasangan. Kasus lain, suami tidak mau membuat keputusan dan meyerahkan semua keputusan pada Anda.
- Solusi: Sebuah keluarga hendaknya dipimpin seorang suami. Coba periksa diri Anda, apakah selama ini Anda terus-menerus mengungkit kesalahan pasangan. Hal ini dapat menghancurkan perkawinan Anda. Sebaiknya, sebagai istri, Anda mendukung suami dan memujinya dengan tulus. Bersikaplah respek terhadap suami karena hal ini sangat dihargai suami sebagai kepala keluarga. Ini tidak berarti sebagai istri hanya dapat selalu menurut. Jika ada suatu pendapat yang tidak sesuai, sebaiknya dibicarakan dengan baik-baik, dengan nada suara yang lembut dan dalam waktu yang tepat.
Berupayalah untuk selalu berpikiran positif pada pasangan, ciptakan suasana yang penuh cinta dan upayakan untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang tepat. Sebuah pernikahan tidak selalu harus diakhiri dengan bercerai meski terdapat berbagai alasan untuk bercerai. Menikmati perkawinan yang bahagia memang tidak mudah. Suami dan istri perlu memelihara
perkawinan agar dapat terus berjalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar