MAKASSAR - Pemakaian pulsa telepon sudah menjadi kebutuhan umum masyarakat Indonesia sekarang. Telepon seluler sudah menjadi pandangan sehari-hari pada masyarakat dari berbagai kalangan.
Namun bagi Mantan Wakil Presiden, Jusuf Kalla, ada keanehan. Pasalnya, menurut dia banyak rumah tangga lebih rela membeli pulsa ponsel lebih tinggi dibandingkan membayarkan tagihan listrik yang sering lebih rendah.
"Mana yang lebih penting listrik atau pulsa telepon? Saat ini pulsa lebih mahal, tapi masyarakat tak mengeluh. Pemakaian pulsanya Rp 100 ribu, listriknya hanya Rp25 ribu, tapi listrik itu yang diributkan," ucap JK menjawab pertanyaan wartawan usai menerima anugrah Doktor Honoris Causa di Aula Fakultas Ekonomi Unhas Tamalanrea Makassar, Sabtu (10/9/11).
JK mengemukakan, listrik merupakan salah satu barang bersubsidi yang perlu dikurangi subsidinya di Indonesia. Hal itu perlu agar PLN sebagai pengelola energi lsitrik dapat bekerja dengan baik.
Namun menurut JK, subsidi terbesar pada Bahan Bakar Minyak (BBM) yang perlu segera dikurangi. Pasalnya banyak penggunanya merupakan orang-orang mampu yang tidak perlu mendapat subsidi.
"Kalau BBM dan listik subsidinya perlu dikurangi, terutama BBM. Akses orang mampu ke BBM bersubsidi sangat gampang. Itu pemborosan. Tapi kalau pangan dan pupuk harus disubsidi dan jangan dikurangi," tegas JK.
Sebelumnya dalam orasi ilmiah penganugerahan Doktor Honoris Causa di Baruga AP Pettarani Unhas, JK mengemukakan perlunya Indonesia segera menjadi negara maju. Menurutnya, pemborosan terbesar dari negeri ini adalah subsidi pada hal-hal yang tidak perlu sehingga menjadi tidak efisien. "Jangan berikan subsidi pada orang mampu," tukasnya di depan ribuan orang pada Dies Natalis Unhas ke-55.
(wdi)
Namun bagi Mantan Wakil Presiden, Jusuf Kalla, ada keanehan. Pasalnya, menurut dia banyak rumah tangga lebih rela membeli pulsa ponsel lebih tinggi dibandingkan membayarkan tagihan listrik yang sering lebih rendah.
"Mana yang lebih penting listrik atau pulsa telepon? Saat ini pulsa lebih mahal, tapi masyarakat tak mengeluh. Pemakaian pulsanya Rp 100 ribu, listriknya hanya Rp25 ribu, tapi listrik itu yang diributkan," ucap JK menjawab pertanyaan wartawan usai menerima anugrah Doktor Honoris Causa di Aula Fakultas Ekonomi Unhas Tamalanrea Makassar, Sabtu (10/9/11).
JK mengemukakan, listrik merupakan salah satu barang bersubsidi yang perlu dikurangi subsidinya di Indonesia. Hal itu perlu agar PLN sebagai pengelola energi lsitrik dapat bekerja dengan baik.
Namun menurut JK, subsidi terbesar pada Bahan Bakar Minyak (BBM) yang perlu segera dikurangi. Pasalnya banyak penggunanya merupakan orang-orang mampu yang tidak perlu mendapat subsidi.
"Kalau BBM dan listik subsidinya perlu dikurangi, terutama BBM. Akses orang mampu ke BBM bersubsidi sangat gampang. Itu pemborosan. Tapi kalau pangan dan pupuk harus disubsidi dan jangan dikurangi," tegas JK.
Sebelumnya dalam orasi ilmiah penganugerahan Doktor Honoris Causa di Baruga AP Pettarani Unhas, JK mengemukakan perlunya Indonesia segera menjadi negara maju. Menurutnya, pemborosan terbesar dari negeri ini adalah subsidi pada hal-hal yang tidak perlu sehingga menjadi tidak efisien. "Jangan berikan subsidi pada orang mampu," tukasnya di depan ribuan orang pada Dies Natalis Unhas ke-55.
(wdi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar